Selasa, 16 April 2013

Pengertian dan tujuan didirikannya muhammadiyah


KEMUHAMMADIYAAN

Pengertian Muhammadiyah

    Secara etimologis nama Muhammadiyah berasal dari kata Muhammad, yaitu Nabi Muhammad saw, dan diberi tambahan ya’ nisbah dan ta’ marbutoh yaitu pengikut Nabi Muhammad saw.  KHA. Dahlan, pendiri Persyarikatan Muhammadiyah, menegaskan bahwa Muhammadiyah berarti ummat Muhammad, pengikut Nabi Muhammad saw. Dalam anggaran Muhammadiyah disebutkan bahwa Muhammadiyah adalah gerakan Islam amar makruf nahi munkar yang berakidah Islam dan bersumber pada Al Quran dan Hadits yang shahih. 

Tujuan didirikan muhammadiyah.

Ketika berbicara muhammadiyah tidak akan ppernahh lepas dari KHA.dahlan itu sendiri. Sebagai ketua umum muuhammadiyah beliau jugalah yangg mendirikan muhammadiyah. Dengan berlanfdaskan pada tafsir QS. Al-Imrann ayat 104 “ dan hendaklah ada golongan diantara kamu menyeruh kepada yang ma’ruff dan mencegah dariyang mungkar...” bahwa golongan umat yang dikatakan beruntung adalah yang mau untuk menyeruh kepada kebaikan dan mencegah kepada kemungkaran. Yangg memang pada masa itu, keadaan kaum yogyakarta yang mayoritas masih di dominasi oleh kaum abangan  sehinggga kegiatan pribadatan masih tercampur oleh budaya-budaya hindu-budha yang menjadikan agama islam  tidak murni lagi. Pada masa itu kaum muslim khususnya di yogyakarta walaupun beragama islam tapi masih tercampur dengan animisme dan dinamisme.  Hal ini terliihat denggan adanya sesajen, ruwutan, dll yang dalam muhammadiyah dikenal denggan istilah penyakit TBC ( tahayul, bid’ah,curofat). Dari semangat  berjuang inilah kemudian muncul rumusan untuk mendirikan organisasi kemasyarakkatan.. pada awal berdirinya masih mencakup ruang lingkup yang kecil yaitu sekitar kerisidenan yogyakarta, tetapi kemudian meluas ddan berkembang hingga seluruh indonnesia  bahkan sampaii keluar negri. Dengan tujuan menciptakan masyarakat  islam yang sebenar benarnya, artinya adalah masyarakat islam yang sesuai dengan sunnah dan alquran tidak lebih dan tidak kurang. Yang harapanya akan terwujud masyarakat islam yang adil, makmur dan ssejahtera.
1.      Faktor-faktor Penyebab Berdirinya

    Muhammadiyah adalah organisasi yang didirikan oleh KHA. Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 atau 18 Nopember 1912 di Yogyakarta.  Ada beberapa alasan yang sering dikemukakan oleh kalangan Muhammadiyah  yang menyebab kan KHA. Dahlan mendirikan organisasi ini adalah sbb :

1. Beliau melihat bahwa umat Islam tidak memegang teguh Al Quran dan As Sunnah dalam beramal dan bertauhid sehingga takhayyul, khurafat, bid’ah dan syirik meraja- lela, akhlak masyarakat runtuh. Akibatnya amalan-amalan mereka bercampur baur antara yang benar dan yang salah.

2.     Lembaga-lembaga pendidikan yang ada pada masa itu tidak efisien. Pesantren yang menjadi lembaga pendidikan kalangan bawah pada masa itu dinilai tidak sesuai lagi dengan perkembangan kebutuhan masyarakat. Pada waktu itu pendidikan di Indonesia terpecah dalam dua model, yaitu model pendidikan sekuler yang dikembangkan oleh Belanda dan pendidikan pesantren yang hany mengajarkan ilmu- ilmu agama saja. Akibatnya timbul jurang pemisah yang sangat dalam antara golongan yang mendapat pendidikan sekuler dengan golongan yang berpendidikan pesantren. Hal ini juga yang menjadi penyebab pecahnya rasa persaudaraan (ukhuwah Islamiyah) dikalangan umat Islam sendiri, yang akhirnya melemahkan kekuatan Islam.

3. Kemiskinan menimpa rakyat Indonesia yang mayoritas umat Islam yang sebagian besar adalah petani dan buruh. Orang kaya hanya mementingkan dirinya sendiri, dan banyak ulama lupa mengingatkan umatnya bahwa Islam mewajibkan zakat bagi si kaya, sehingga hak-hak orang miskin terabaikan.

4. Kebanyakan umat Islam hidup dalam fanatisme yang sempit, bertaklid buta dan berpikir secara dogmatis. Kehidupan umat Islam masih diwarnai konservatisme, formalisme, dan tradisionalisme.

5. Aktivitas misi Katolik dan Protestan sudah aktif beroperasi sejak awal abad ke 19, dan sekolah-sekolah misi itu mendapat subsidi dari pemerintah Belanda. 

Gerakan Muhammadiyah

    Melihat keadaan umat Islam yang demikian itulah, dan didorong oleh pemahaman yang mendalam terhadap surat Ali Imron ayat 104, KHA Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah sebagai organisasi pembaharu dan mengajak umat Islam untuk kembali beribadah, bertauhid dan berakhlak sesuai dengan tuntunan Al Quran dan Sunnah Rasul.
Pada mulanya Muhammadiyah, sesuai dengan perkembangan yang berkembang pada awal berdirinya melakukan aktivitas-aktivitas sbb :

1. Membersihkan Islam di Indonesia dari pengaruh-pengaruh dan kebiasaan-kebiasaan yang tidak Islami. Hal ini dilakukan dengan menggiatkan dan meperdalam penyelidikan ilmu agama Islam untuk mendapatkan kemurniannya, memperteguh iman, memperkuat ibadah, dan menggembirakan dakwah amar makruf hani munkar, serta memelihara tempat-tempat ibadah dan wakaf.

2.    Mengadakan reformulasi doktrin-doktrin Islam dengan pandangan alam pikiran modern.

3. Mengadakan reformasi ajaran-ajaran dan pendidikan Islam dengan memberikan pelajaran agama Islam di sekolah-sekolah Belanda dan mendirikan sekolah-sekolah sendiri yang berbeda pola dengan pendidikan pesantren, yakni memberikan pelajaran agama dan umum secara bersama-sama.

4.    Mempertahankan Islam dari pengaruh dan serangan-serangan dari luar dengan jalan membentengi para pemuda, wanita, pelajar, rakyat biasa dengan membangkitkan kesadaran beragama mereka, dan berusaha untuk memperbaiki kehidupan dan penghidupan mereka sesuai dengan ajaran-ajaran Islam. Rasa persatuan dan ukhuwah Islamiyah di kalangan umat Islam digalang kembali.

Maksud dan Tujuan Muhammadiyah

    Rumusan “Maksud dan Tujuan Muhammadiyah” mengalami perubahan dari keadaan kepada keadaan lainnya sesuai dengan perkembangan masa.  Pada awal berdiri nya, rumusan itu berbunyi :  (a)  menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad saw kepada penduduk bumiputera di dalam Karesidenan Yogyakarta; dan  (b) memajukan agama Islam kepada anggota-anggotanya.
Setelah Muhammadiyah meluas keluar daerah Yogyakarta, dan setelah berdirinya beberapa cabang di wilayah Indonesia, rumusan Maksud dan Tujuan Muhammadiyah disempurnakan menjadi : (a) memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran agama Islam di Hindia Belanda; dan  (b)  memajukan dan menggembirakan hidup sepanjang kemauan agama Islam kepada sekutu-sekutunya.
Setelah keluarnya Undang-undang No. 8 tahun 1985 yang mewajibkan organisasi kemasyarakatan mencantumkan satu azas Pancasila, maka terjadilah perubahan azas Muhammadiyah dari Islam menjadi Pancasila. Akibatnya rumusan Maksud dan Tujuan Muhammadiyah juga berubah. Perubahan itu dihasilkan melalui Muktamar Muhammadiyah ke 41 di Surakarta, menjadi : “Mengakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat utama, adil, dan makmur yang diridlai Allah Subhanahu wa Ta’ala.
    Tujuan Muhammadiyah sebagai yang dikemukakan di atas menjadi titik tolak dalam merumuskan ideal atau landasan cita-cita Muhammadiyah yang disebut dengan  “Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah.”  Landasan ideal ini memberikan gambaran tentang pandangan hidup Muhammadiyah, tujuan hidup Muhammadiyah  serta metode untuk mencapai tujuan hidup tersebut.  Matan “Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah yang dirumuskan dalam sidang Tanwir (Institusi tertinggi dalam Muhammadiyah, setingkat di bawah Muktamar) pada tahun 1978 menjelang Muktamar Muhammadiyah ke 37 di Yogyakarta, membuat prinsip-prinsip sebagai berikut :

1.    Muhammadiyah adalah gerakan yang berazaskan Islam, bekerja dan bercita-cita untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya untuk melaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba dan khalifah di muka bumi.
2.    Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah agama Allah SWT yang diwahyukan kepada para Rasul-Nya sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan seterusnya sampai pada nabi penutup Muhammad saw sebagai hidayah dan rahmat Allah SWT kepada umat manusia sepanjang masa dan menjamin kesejahteraan material dan spritual, duniawi dan ukhrowi.
3.    Muhammadiyah mengamalkan Islam berdasarkan Al Quran dan  Sunnah Rasulullah saw, serta menggunakan akal pikiran sesuai dengan ajaran Islam.
4.    Muhammadiyah bekerja demi terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi bidang akidah, ibadah, akhlak dan mu’amalah (kemasyarakatan) duniawi.
5.    Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang mendapat karunia Allah SWT berupa tanah air yang mempunyai sumber-sumber kekayaan, kemerdekaan bangsa dan negara Republik Indonesia yang berfalsafah Pancasila, untuk berusaha bersama-sama menjadikannya suatu negara adil dan makmur yang diridlai Allah SWT.

Kamis, 11 April 2013

cara atau sistematika penyusunan proposal PTK ( penelitian tindakan kelas )


SISTEMATIKA PENYUSUNAN PROPOSAL PTK

FORMAT PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)


JUDUL
Judul PTK haruslah dirumuskan secara singkat dan jelas, namun mampu menggambarkan masalah yang diteliti, tindakan perbaikan, hasil yang diharapkan, dan tempat penelitian.
Judul penelitian hendaknya disusun tidak lebih dari 18 kata, bahkan ada pihak sponsor yang mensyaratkan jumlah kata pada judul PTK tidak boleh lebih dari 15 kata.
Contoh judul PTK:
1.      Peningkatan proses dan hasil belajar dengan Menggunakan Model Cooperative Learning Type Jigsaw dalam pembelajaran IPA pada Siswa Klas VI di SD 5 Ampenan.
2.      Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar IPA dengan menggunakan pendekatan konstruktuvisme pada Siswa Klas II SDN 40 Cakranegara.
3.      Penerapan Metode Eksprimen pada Pembelajaran IPA  untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Klas VI di SD 36 Cakranegera.
4.      Meningkatkan motivasi belajar siswa dalam Pembelajaran IPA dengan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat di Klas II SD 36 Ampenan Tahun 2009/2010.
5.      Meningkatkan hasil belajar melalui pembelajanan kooperatif pada mata pelajaran IPS (dapat dituliskan topik bahasan dan juga mata pelajarannya) di SD Negeri 2  Terara Kabupaten Lombok Timur.
6.      Penerapan pembelajaran model Problem Based Learning untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada mata pelajaran Fisika Kelas VII di SMP 5 Selong Kabupaten Lombok Timur.
7.      Implementasi Strategi Pembelajaran Inkuiri pada Mata Pelajaran Geografi untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep tentang Perpindahan Penduduk Siswa Klas II M.Ts Negeri I Praya Lombok Tengah.

BAB I  PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam menulis latar belakang masalah, unsur pokok yang harus ada antara lain.
1)            Apa yang seharusnya dapat dicapai atau dilakukan siswa. Misalnya, seharusnya siswa klas III SD sudah mampu membaca, menulis dan berhitung dengan lancar. ( Lihat SK-KD dalam kurikulum).
2)            Apa yang dicapai/dapat dilakukan saat ini. Pada bagian ini sebaiknya didukung oleh data emperis yang merupakan hasil pengamatan atau hasil ujian selama ini. Misalnya, berdasarkan hasil ujian, paling banyak  68 persen dari 40 orang siswa yang sudah mampu membaca, menulis, dan berhitung dengan lancar.
3)            Identifikasi kemungkinan-kemungkinan penyebabnya, semakin banyak semakin baik. Kemungkinan penyebabnya bisa berasal dari  siswa, guru, sekolah, orang tua, keluarga dan sebagainya. Misalnya, permasalahan tersebut kemungkinan disebabkan karena (1) guru kurang memberikan latihan kepada siswa, (2) guru tidak pernah menggunakan alat bantu mengajar, (3) kurangnya bahan bacaan yang disediakan sekolah, (4) sebagian besar siswa tidak pernah ikut TK/PAUD, (5) perhatian orang tua terhadap belajar anaknya kurang,..........,
4)            Dari identifikasi masalah yang telah disebutkan di atas, ambil salah satu atau lebih permasalahan yang perlu di atas, misalnya guru kurang memberikan latihan dan tugas dan pembelajarannya.
5)            Berdasarkan permasalahan yang telah ditetapkan, kemukakan alternatif pembelajaran yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Misalnya pembelajaran dengan memberikan latihan dan tugas kepada siswa.
6)            Pada alinea terakhir, biasanya dikemukakan pentingnya tindakan yang akan dilakukan melalui PTK.

B. Pembatasan Masalah
       Biasanya judul dibuat ringkas, sehingga  variabel yang akan dikaji belum tergambar secara jelas. Oleh sebab itu, perlu ada pembatasan masalah.
Contoh Judul PTK
Peningkatan proses dan hasil belajar dengan Menggunakan Model Cooperative Learning Type Jigsaw dalam pembelajaran IPA pada Siswa Klas VI di SD 5 Ampenan.
      Pembatasan masalah:
1)      Pembelajaran IPA dalam penelitian ini adalah ......
2)      Proses belajar dalam penelitian ini adalah .....
3)      Hasil Belajar dalam penelitian ini adalah .....
4)      Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw dalam penelitian ini adalah ......

C. Perumusan dan Pemecahan Masalah
1.      Perumusan masalah
      Rumusan masalah sebaiknya dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya. Komponen yang harus ada dalam rumusan masalah adalah (1) Tindakan yang akan dilakukan, (2) masalah yang akan diatasi atau tujuan, (3) lokasi penelitian dilakukan.   
Contoh Rumusan Masalah:
a.       Bagaimana penerapan metode diskusi dan pemberian tugas pada mata pelajaran IPS di kelas VII Semester 2 dalam meningkatkan hasil belajar siswa?.
b.      Apakah penerapan metode eksperimen berbasis lingkungan dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas VI dalam pembelajaran IPA di SD 40 Cakranegara ?
 2. Pemecahan masalah
Pada bagian ini berisi uraian tentang alternatif tindakan yang diambil untuk memecahkan masalah. Pendekatan dan konsep yang digunakan untuk menjawab masalah yang diteliti hendaknya sesuai dengan kaidah penelitian tindakan kelas (PTK). Cara pemecahan masalah ditentukan berdasarkan pada akar penyebab timbulnya masalah dalam bentuk tindakan (action) yang jelas dan terarah.
D.  Tujuan Penelitian
  Pada bagian ini, tulis secara singkat tujuan PTK yang ingin dicapai dengan berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan. Biasanya jumlah tujuan sama dengan jumlah rumusan masalah penelitian.
Contoh Tujuan penelitian
a.    Mendiskripsikan cara menerapkan metode diskusi pada mata pelajaran IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
b.      Mendiskripsikan langkah-langkah pemberian tugas yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa .........
c.    Meningkatkan aktivitas belajar siswa Klas VI pada pembelajaran IPA  di SD 40 Cakranegara

E.Manfaat Penelitian
  Uraikan manfaat hahsil PTK ini terhadap kualitas pembelajaran dan/atau pendidikan, sehingga nampak manfaatnya bagi siswa, guru, sekolah, dan mungkin juga komponen sekolah lainnya.

BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN
a.             Deskripsi Teoretis
Pada bagian ini dicantumkan uraian kajian teori dan pustaka yang relevan dan menumbuhkan gagasan yang mendasari usulan PTK. Kemukakan juga teori, temuan, dan hasil penelitian lain yang mendukung pilihan tindakan untuk mengatasi masalah yang terjadi pada pembelajaran di kelas. Pada bagian akhir dapat dikemukakan hipotesis tindakan yang menggambarkan indikator keberhasilan tindakan yang diharapkan.
Sebagai contoh, seorang guru melakukan PTK dengan menerapkan model pembelajaran berkelompok (learning together), maka pada kajian pustaka harus jelas dapat dikemukakan:
·        Kemukakan tentang Konsep/Teori learning together itu, siapa saja tokoh-tokoh yang mendukung/mengemukakan teori tersebut, apa yang spesifik dari teori ini, apa persyaratannya, dan lain-lain.
·        Kemukakan bentuk tindakan yang dilakukan dalam penerapan teori tersebut pada pembelajaran, strategi pembelajarannya, skenario pembeljarannya, dan sebagainya.
·        Kemukakan  keterkaitan atau pengaruh penerapan model pembelajaran tersebut dengan perubahan yang diharapkan atau terhadap masalah yang akan dipecahkan, dan hendaknya dijabarkan dari berbagai hasil penelitian yang sesuai.
Dalam kajian teori, sedapat mungkin, peneliti juga mengemukakan hasil-hasil penelitian yang relevan baik penelitian tindakan kelas maupun penelitian formal lainnya.  Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat landasan teori yang disusun peneliti bagaimana prakiraan hasil (hipotesis tindakan) dengan dilakukannya penerapan model tersebut pada pembelajaran terhadap masalah yang akan dipecahkan.

 B. Kerangka Berpikir
Pada bagian ini, peneliti menjelaskan hubungan antara tindakan yang akan dilakukan dengan variabel yang diharapkan. Dengan kata lain, pada bagian inilah peneliti  menjelaskan ” mengapa tindakan yang akan dilakukan dapat meningkatkan variabel yang diteliti.  Pada kerangka berpikir inilah, peneliti menuangkan alur berpikir yang digunakan.

C. Hipotesis tindakan
Setelah masalah dirumuskan, guru perlu menyusun rencana tindakan, namun sebelum merumuskan rencana tindakan guru terlebih dahulu merumuskan hipotesis tindakan.
Hipotesis tindakan dirumuskan dalama bentuk keyakinan guru bahwa tindakan yang akan dilakukan dapat memperbaiki sistem, proses, atau hasil pembelajaran. Hipotesis tindakan yang dirumuskan tentu harus relevan dengan permasalahanm yang telah dirumuskan.
      Contoh Rumusan Hipotesis PTK:
1.            Bila pembelajaran berorientasi proses diterapkan dalam pembelajaran, maka partisipasi siswa Klas V dalam pembelajaran IPA di SD 3 akan meningkat.
2.            Bila  dalam penyampaian materi pembelajaran menggunakan LKS, makapartisipasi siswa dalam pembelajaran IPS di ....... akan meningkat.
3.            Bila  strategi pembelajaran inkuiri diterapkan dalam dalam pembelajaran IPS, maka  hasil belajar siswa  Klas V pada materi pelajaran IPS akan meningkat
4.            Bila dalam metode eksperimen berbasis lingkungan diterapkan pada pembelajaran, aktivitas dan hasilbelajar  siswa kelas X SMA Negeri I Selong pada mata pelajaran belajar kimia akan meningkat.
5.            Dan seterusnya.


Contoh: 
Judul Penelitian  
:
Upaya meningkatkan Proses dan Hasil belajar IPA Dengan Menggunakan Model Cooperative Learning Type Jigsaw Pada Siswa Klas VI SDN 5 Ampenan.
BAB II.
Kajian Pustaka dan Hipotesis Tindakan
:
A. Deskripsi Teoretis
1.      Hakikat Pembelajaran IPA di SD
2.      Tinjauan tentang Pembelajaran Cooperatif Tipe Jigsaw
3.      Tinjauan tentang Proses belajar
4.      Tinjauan Tentang Hasil Belajar
B.  Kerangka Berpikir
1.      Hubungan Pembelajaran model Cooperative Type Jigsaw dengan Proses Belajar IPA.
2.      Hubungan Pembelajaran Cooperative Type Jigsaw dengan hasil Belajar IPA.

C. Hipotesis Tindakan
1.      Bila dalam pembelajaran IPA diterapkan model Cooperative Type Jigsaw, maka akan meningkatkan Proses Belajar IPA siswa ......
2.      Bila dalam pembelajaran IPA diterapkan model Cooperative Type Jigsaw, maka akan meningkatkan hasil Belajar IPA siswa ......

BAB III  RENCANA PELAKSANAAN PENELITIAN
Pada bagian ini diuraikan secara jelas prosedur penelitian yang akan dilakukan. Kemukakan obyek, waktu dan lamanya tindakan, serta lokasi penelitian secara jelas. Prosedur hendaknya dirinci dan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi-refleksi, yang bersifat daur ulang atau siklus. Sistematika dalam ini meliputi:

A.     Setting penelitian dan karakteristik subjek penelitian.
Pada bagian ini disebutkan di mana penelitian tersebut dilakukan, di kelas berapa dan bagaimana karakteristik dari kelas tersebut seperti komposisi siswa pria dan wanita. Latar belakang sosial ekonomi yang mungkin relevan dengan permasalahan, tingkat kemampuan dan lain sebagainya.

B.     Variabel yang diselidiki.
Variabel tersebut dapat berupa:
Dalam bentuk yang lebih sederahana, dicantumkan...
Variabel Tindakan
:
Penerapan Model pembelajaran Cooperative Type Jigsaw dalam pembelajaran IPA” 
Variabel harapan/output
:
Peningkatan Proses dan Hasil belajar IPA
C.     Rencana Tindakan.
Pada bagian ini digambarkan rencana tindakan untuk meningkatkan pembelajaran, seperti :
1)         Perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan dengan PTK yang diprakarsai seperti penetapan tindakan, pelaksanaan tes diagnostik untuk menspesifikasi masalah, pembuatan skenario pembelajaran, pengadaan alat-alat dalam rangka implementasi PTK, dan lain-lain yang terkait dengan pelaksanaan tindakan perbaikan yang ditetapkan. Disamping itu juga diuraikan alternatif-alternatif solusi yang akan dicobakan dalam rangka perbaikan masalah.
2)          Implementasi Tindakan, yaitu deskripsi tindakan yang akan dilakukan. Skenario kerja tindakan perbaikan dan prosedur tindakan yang akan diterapkan.
3)         Observasi dan Interpretasi, yaitu uraian tentang prosedur perekaman dan penafsiran data mengenai proses dan produk dari implementasi tindakan perbaikan yang dirancang.
4)         Analisis dan Refleksi, yaitu uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan refleksi berkenaan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan digelar, personel yang akan dilibatka serta kriteria dan rencana bagi tindakan berikutnya.

D.    Data dan cara pengumpulannya.
Pada bagian ini ditunjukan dengan jelas jenis data yang akan dikumpulkan yang berkenaan dengan baik proses maupun dampak tindakan perbaikan yang di gelar, yang akan digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau kekurangberhasilan tindakan perbaikan pembelajaran yang dicobakan. Format data dapat bersifat kualitatif, kuantitatif, atau kombinasi keduanya.

E.     Indikator kinerja,.
Pada bagian ini tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan secara eksplisit sehingga memudahkan verifikasinya untuk tindakan perbaikan melalui PTK yang bertujuan mengurangi kesalahan konsep siswa misalnya perlu ditetapkan kriteria keberhasilan yang diduga sebagai dampak dari implementasi tindakan perbaikan yang dimaksud.
F.  Jadwal Kegiatan
Pada bagian ini, peneliti menulis biasanya dalam bentuk matriks yang menggambarkan urutan kegiatan dari awal sampai akhir.

DAFTAR PUSTAKA
Semua pustaka yang dirujuk guna mendukung penelitian yang dilaksanakan harus dituliskan pada bagian ini. Daftar pustaka ditulis secara konsisten mengikuti urutan abjad dan mengikuti aturan tertentu, misalnya American Psychology Association (APA).
a. Untuk buku teks:
·                     Nama penulis (dibalik), Tahun., Judul buku ( tulis miring)., Kotaa penerbit: Nama Penerbit.
·                     Jika sumber bacaan (buku atau lainnya) tidak ada nama penulis, maka nama penulis diganti dengan sebutan ”Anonim”.
b. Untuk Jurnal/Majalah
      Nama Penulis, Tahun., Judul Tulisan., Nama jurnal/majalah (huruf miring), No., Volume.
c.  Hasil Penelitian/Laporan Penelitian
       Nama Peneliti, Tahun., Judul penelitian, Jenis penelitian., Sponsor/Sumber    
       dana, Kota.
Contoh:
Anonim., 2005. Pedoman Penyusunan Usulan dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas Tahun Anggaran 2006. Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Jakarta.
Duffy, D.G., Show, S.A., Bare, W.D., and Goldsby, K.A., 1995. More Chemistry in a Soda Bottle, A Conversation of Mass Activity., Journal of Chemical Education, 72 (8), 734 – 736.
Purwanto, Heri, 2001. Pembinaan Tutor Sebaya sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan Kognitif Mahasiswa dalam Proses Pembelajaran Fisika Dasar I di Jurusan Fisika FMIPA UNS., Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Inovasi Pembelajaran di Perguruan Tinggi.Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Sunyono, 2005., Optimalisasi Pembelajaran Kimia pada Siswa Kelas XI Semester 1 SMA Swadhipa Natar melalui Penerapan Metode Eksperimen Menggunakan Bahan yang Ada di Lingkungan., Laporan Hasil Penelitian (PTK), Dit.PPTK & KPT Ditjen Dikti, 2005.
Mohammad, T., 2004. Mengapa Mengantuk Saat Belajar?. http//www.myschoolnet. ppk.kpm.my/laman_map/belajar/belajar02/htm., Diakses tanggal 23 Juli 2007.